Dialog DPRD Lampung dan PMII Deadlock Berujung Laporan ke Polisi

BANDARLAMPUNG, DL – Dialog antara Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan anggota DPRD Lampung terjadi deadlock.

Pasalnya, antara kedua kubu saling adu argumen dan merasa sama-sama benar. Akibatnya debat dan saling tunjuk pun tak terhindari di dalam ruangan rapat komisi DPRD Lampung, Selasa (13/10/2020) sore.

Diketahui, mahasiswa yang tergabung dalam PMII Lampung menyuarakan penolakan atas pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja Omnibus Law di depan pintu gerbang gedung DPRD Lampung sejak Senin (12/10/2020) hingga pukul 20.00 WIB dan dilanjutkan Selasa (13/10/2020) siang hingga malam.

Buntut terjadinya debat itu pun salah satu anggota DPRD dari fraksi Partai Demokrat Lampung Yozi Rizal naik pitam. Saat dia berdialog dengan puluhan mahasiswa dari UIN Raden Intan Lampung itu.

Pantauan Daulatlampung.com didalam ruangan rapat komisi DPRD Lampung, awalnya dialog itu berjalan lancar. Yan Barusal Wakil Koordinator Lapangan PMII, pertama membuka dialog dari perwakilan PMII. Lantas kemudian dilanjutkan dengan rekan-rekan lainnya yakni Ahmad Guntur Saputra Wakil ketua II PMII Lampung, kemudian dilanjutkan Ketua Umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC) PMII Bandarlampung Raden Yusron, Ketua Umum PKC PMII Lampung Ahmad Hadi Baladi Ummah atau biasa disapa Pupung dan rekan lainnya.

Pupung, menanyakan dimana keberadaaan Pimpinan DPRD Lampung, karena sejak Senin mereka gelar aksi unjuk rasa tak menampakkan dirinya dihadapan massa aksi.

“Dimana pimpinan DPRD Lampung?. Di daerah lain itu mampu memfasilitasi untuk bertemu dengan Ketua DPRD maupun unsur pemerintahan. Kalau pimpinan DPRD tidak ada. Berarti tidak ada gunanya kita berdiskusi disini,” kata Pupung.

Lantas Yozi Rizal fraksi Partai Demokrat langsung menanggapi dan berencana walk out (WO) dari ruang rapat tersebut, dia merasa dialog tersebut tidak bisa diteruskan karena pimpinan DPRD Lampung tidak ada ditempat dan mereka merasa tidak dianggap.

Politisi Demokrat itu pun kemudian menyinggung Pupung saat menyampaikan aspirasinya itu tidak ada tata krama dihadapan DPRD dan aparat keamanan.

Karena tidak terima dikatakan tidak ber tata krama, Pupung pun mengancam akan menggelar konsolidasi akbar PMII Lampung dan menguasai kantor DPRD.

“Saya akan konsolidasi akbar PMII se-Lampung. Saya akan kuasai DPRD Lampung,” tegasnya.

“Silahkan,” timpal Yozi Rizal.

Setelah itu terjadi perdebatan kembali hingga Yozi Rizal mengeluarkan statement “saya akan ceritakan adinda. Jadi begini kalian itu kencing pun belum lurus saya sudah melakoni (demo)”.

Lantas Pupung merasa dilecehkan dengan kata-kata tersebut. Dan mengecam tindakan Yozi Rizal.

Sementara itu, usai deadlock dan mahasiswa PMII Lampung meninggalkan ruangan rapat komisi, Wakil Koordinator Lapangan PMII, Yan Barusal mengatakan, perwakilan massa melakukan audiensi dengan para wakil rakyat. Hanya saja tidak sesuai harapan, mahasiswa merasa dipermainkan, sebab Ketua DPRD Lampung Mingrum Gumay tidak dihadirkan.

“Sore tadi perwakilan anggota kami audiensi dengan mereka (anggota DPRD,red). Tapi tidak sesuai janji, ketua dewan tidak dihadirkan. Hanya ada beberapa anggota dewan saja. Kami merasa dipermainkan,” jelasnya.

Lanjutnya, saat audiensi salah satu anggota dewan mengatakan bahwa ‘mahasiswa tau apa, kencing pun belum lurus’.

“Saya secara pribadi dan kelembagaan merasa dilecehkan oleh DPRD Provinsi Lampung. Karena itu kami minta ketua dewan dan anggotanya secara pribadi meminta maaf kepada kami. Ini ada hal prinsip yang sudah dilanggar DPRD Lampung,” pintanya.

Berdasarkan pantauan daulatlampung.com, aksi massa dari PMII berakhir sekitar pukul 20.00 WIB dan berlanjut ke Mapolda Lampung terkait dugaan pelecehan tersebut.

“Dari lokasi aksi kami langsung menuju Polda Lampung untuk menyampaikan laporan terkait statement melecehkan yang dilakukan salah satu anggota DPRD tadi sore,” ucapnya.

Terpisah, saat dikomfirmasi ulang, anggota DPRD Yozi Rizal dari Fraksi Partai Demokrat mengaku apa yang disampaikannya saat menerima audiensi dialog dari PMII tidak bermaksud melecehkan.

“Kalimat itu kan ada lanjutannya, jadi jangan dipotong,” tegasnya.

Dia tidak masalah jika para mahasiswa melapor ke polda.

“Silahkan saja lapor, saya tunggu panggilannya,” ujar ketua komisi I DPRD itu.

Yozi mengaku malas meladeni siapa saja yang cenderung irasional dalam bersikap dan bertindak.

“Saya katakan, bahkan ketika kalian kencing belum lurus, saya sudah melakoni apa yang kalian lakukan hari ini (demo). Alasan saya mengemukakan itu, karena menurut hemat  saya, ada diantara mereka yang tahun 1996 atau 1998 belum lahir. Tapi sekali lagi, saya persilahkan mereka untuk melapor ke pihak berwajib. Ada rekaman video dan banyak pasang telinga yang mendengar ketika percakapan itu terjadi,” tegasnya. 

Dia menyampaikan, pihaknya sudah berusaha untuk menerima aspirasi dari mahasiswa yang menolak adanya Undang-undang Cipta Kerja.

Sehari sebelumnya, Senin (12/10/2020), PMII sempat akan audiensi dengan anggota DPRD Lampung. Namun, permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh para wakil rakyat.

“Teman-teman seperjuangan  ini rumah siapa? Rumah rakyat bukan? Tapi sayang ternyata DPRD Lampung telah menyakiti hati rakyatnya,” ujar Ketua PMII Lampung Ahmad Hadi Baladi Ummah

Dia mengatakan, anggota DPRD Lampung ini sudah tidak menjalankan amanah dari rakyat.

“Saya pastikan kita akan masuk dan menduduki DPRD Lampung ini dan tidak akan anarkis,” ucapnya.

“Kami kesini untuk menagih permintaan kami yang kemarin yakni untuk mendatangkan pimpinan atau ketua DPRD Lampung ke hadapan teman-teman,” katanya.

:Namun, pada kenyataannya saat akan berdialog pimpinan DPRD Lampung tidak hadir,” kata Pupung. (fik)