Cerita Siti Zubaidah, Minta Pertanggungjawaban Suami dan Izinkan Cerai di Pengadilan Agama

TANGERANG, DL – Sungguh memilukan yang dirasakan ibu satu anak ini. Dialah
Siti Zubaidah (50) warga perumahan Griya Yasa Blok H 1.No 8.Pasir gadung Cikupa, Tangerang Banten.

Semenjak menikah pada tahun 2008 dengan Rujinto (53) warga pasar Kemis Perumahan Bumi Indah Pasar Kemis Tangerang Banten.

Pernikahan kedua yang sudah berjalan 12 tahun itu memiliki buah kasih sayang di anugerahi putri cantik nan manis yang diberi nama Cindy Aulia Putri Rujinto (11). Namun apa hendak dikatakan, lambat laun perjalanan rumah tangga sudah enam tahun terombang-ambing ibarat perahu patah kemudi, tidak lagi diberikan kasih sayang baik sang pujaan hati begitu juga belaian kasih. Diterlantarkan ibarat pepatah habis manis sepah dibuang. Ibaratnya lebah habis madunya ditinggal begitu saja, sang pria kembali dengan istri tertuanya, tidak mau peduli dengan istri yang sudah dikarunia satu anak ini.

Tidak mengingat ketika sedang memadu kasih dan masih bersama namun apa yang dihadapi hanya menyakitinya saja dari diri seorang wanita separuh baya Siti Zubaedah. Keluhan ini langsung disampaikannya kepada media ketika dijumpainya di sela-sela sedang menunaikan kewajiban kesehariannya menjajakan makanan dan jajanan dilingkungan para pekerja pabrik dikawasan Cikupa Mas dilingkungan PT.KMK perusahaan pengelola pembuatan sepatu exsport ini.

“Tekadang hati ini seperti teriris seperti tidak arti ini semua,” ucap mantan karyawan KMK ini sepekan lalu.

Lanjut Siti Zubaidah bahwa dirinya sering kali mengajukan perpisahan melalui pengadilan selalu dilarang oleh suaminya Rujianto dengan alasan tidak jelas.

“Jangankan perhatian sama saya, terhadap buah hatinya saja tidak sama sekali,memang ada pemberiannya terhadap anak kandungnya hanya Rp 200 hingga 300 ribu setiap bulannya. Jadi ya tidak banyak permintaan terhadap suami,” kata Zubaidah.

Hanya satu persilahkan dirinya untuk bercerai jadi ada kejelasan tentang kehidupannya, karena selama ini dirinya merasa terombang-ambing ibarat perahu patah kemudi ditengah lautan luas.

Karena lanjutnya, tidak banyak permintaan, hanya kepedulian dan tanggungjawab selayaknya seorang suami terhadap istri dan anaknya itu saja.

“Toh saya kalau untuk mencari nafkah selama ini saya tanpa ada pemberian dari suami. Jadi apa lagi yang akan dipertahankannya terhadap saya yang sudah enam tahun sama sekali tidak ada komunikasi sama sekali dan yang menambah penderitaan diri saya dan anak bahwa suami saya telah menikahi yang ketiga kalinya seorang janda ditinggal suami baru setahun.yakni Bilqis Rochmi yang sudah memiliki anak yang tinggal di bilangan perumahan bumi indah pasar Kemis tidak jauh dari tempat tinggal suaminya hanya beda RT dan masih satu RW,” ungkap Wanita yang memiliki satu anak cewek ini. (SN/Fik)